Ya ayyuhal ikhwah, sebagaimana kita mengetahui bahwa
kehadiran Islam dikhususkan untuk mengembalikan dan membetulkan keadaan
yang telah dirusak oleh sistem jahiliyah, membebaskan manusia dari
“úbudiyyah” (penyembahan) sesama manusia kepada
“ubudiyyah” Allah
Ta’ala semata, mencabut dan menumbangkan sistem hidup jahiliyah, serta
menegakkan sistem dan hukum Allah Ta’ala di muka bumi. Adalah
Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyeru dan mendakwahkan Islam kepada manusia, beliau memulakannya dengan
da’wah bil haq, kemudian menyusulinya dengan
al-Jihad fie sabilillah.
Dengan
dakwah, beliau menerangkan kebenaran Islam, dan dengan Jihad beliau
menundukkan para penentang-penentang dakwah tersebut. Begitulah Islam
tersebar ke seluruh pelosok bumi dan seantero dunia mengikut kaidah asal
yang menjadi sunnah Rasulullah. Setelah kewafatan beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam, kaidah asal itu dikekalkan oleh para sahabat-sahabat yang mulia diikuti oleh tabi’ien dan tabi’ut tabi’ien dan
akan terus dikekalkan sebagaimana pada peringkat awalnya, sehingga
Islam menjadi asas segala sesuatu dan al-Jihad adalah puncaknya. Sabda
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam,
أَلَا
أُخْبِرُكَ بِرَأْسِ الْأَمْرِ كُلِّهِ وَعَمُودِهِ وَذِرْوَةِ سَنَامِهِ
قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ
وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ.
“Sukakah
engkau kabarkan yang menjadi ketua (kepala) segala urusan (pekerjaan),
tiang-tiangnya (penguat-penguatnya) dan puncak ketinggiannya?” Aku
(Mu’adz bin Jabbal) berkata: “Baiklah ya Rosulullah.” Sabdanya: “Kepala
segala urusan ialah Islam, tiang-tiang penguatnya ialah sholat dan
puncak ketinggiannya ialah al-Jihad.” (HR. Tirmidzi, hadits hasan shahih)
Dari AbuDzar al-Ghifari radliyallahu ‘anhu berkata:
سَأَلْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟
قَالَ: إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَجِهَادٌ فِي سَبِيلِهِ
Aku
bertanya: “Wahai Rasulullah, amal ibadah apakah yang paling utama?”
Beliau menjawab: “Iman kepada Allah dan berjihad di jalan-Nya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Di dalam hadits-hadits di atas, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
memberitahukan bahwa segala urusan, seperti urusan pribadi,
rumah-tangga, masyarakat, hingga kepada urusan pemerintahan, hendaklah
berada di bawah naungan Islam dan syari’at-Nya. Apabila urusan-urusan
itu berada di bawah naungan Islam dan syari’at-Nya, pasti selamat
sejahtera dan bahagia, sebaliknya jika urusan-urusan itu terlepas dari
Islam dan tidak mau melabelkannya dengan nama Islam dan menolak
syari’at-Nya, maka lambat-laun urusan itu pasti hancur dan binasa.
Selanjutnya
hadits diatas menerangkan “Puncak ketinggian Islam adalah Jihad”. Kalau
Islam itu diumpamakan sebuah gunung, maka puncak gunung yang tinggi
itulah Jihad. Permisalan ini serupa dengan rumah dan atapnya. Apakah
arti sebuah rumah yang tak beratap? Tentulah rumah itu belum sempurna
dan tidak boleh didiami dan ditempati karena ia belum siap
keseluruhannya. Demikianlah pentingnya urusan al-Jihad di dalam Islam
yang karenanya al-Qur’an dan Sunnah telah membahasnya dengan begitu
sistematik, terperinci dan mendalam. Umat Islam yang telah mendalami
pengetahuan tentang al-Qur’an dan Sunnah, maka mereka sangat mencintai
dan menyukai amalan Jihad fie sabilillah.
Dan orang yang
paling sempurna pengetahuannya dan paling tinggi kedudukannya dan
paling mendalam cintanya terhadap al-Jihad adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Beliau berjihad karena Allah dengan sepenuh hatinya, jiwa dan raganya,
dengan pedang dan tombaknya, dengan dakwah dan keterangannya. Seluruh
waktunya tercurah untuk berjihad, sejak beliau diutus sehingga wafat,
tidak ada waktu tersisa melainkan untuk berdakwah dan berjihad di jalan
Allah Ta’ala. Karena itulah beliau mendapat kedudukan yang paling tinggi
di sisi Allah Ta’ala dan paling banyak diingati manusia dalam persoalan
Jihad ini. Allah Ta’ala memerintahkan agar beliau berjihad semenjak
diutus menjadi Rasul, seperti firman-Nya:
فَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَجَاهِدْهُم بِهِ جِهَادًا كَبِيرًا
“Wahai
Muhammad, karena itu janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir.
Berjihadlah kamu dengan Al-Qur’an ini untuk melawan orang-orang kafir
dengan semangat jihad yang besar.” (QS. al-Furqan, 25: 52)
Ini
adalah ayat Makiyyah (yang diturunkan di Makkah) agar beliau berjihad
dengan keterangan sebagaimana beliau diperintahkan untuk berjihad
melawan orang munafiq dengan hujjah yang justru jauh lebih susah
daripada menghadapi orang-orang kafir dengan jihad pedang. Dan manakala
baginda telah berada di Madinah, beliau diperintah berjihad untuk
menentang kafir dan musyrik dengan firman-Nya,
انفِرُوا
خِفَافًا وَثِقَالًا وَجَاهِدُوا بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
“Wahai
kaum mukmin, pergilah kalian berperang dengan senang hati atau berat
hati. Berjihadlah kalian dengan harta dan jiwa kalian guna membela
Islam. Demikian itu lebih baik bagi kalian daripada dikuasai musuh, jika
kalian menyadari besarnya pahala berjihad.” (QS. at-Taubah, 9: 41)
Baginda shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
جَاهِدُوا الْمُشْرِكِينَ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ وَأَلْسِنَتِكُمْ.
“Berjihadlah kamu melawan orang-orang musyrik dengan harta-bendamu, tanganmu dan lisanmu.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Nasa’i)
Keadaan demikian ini akan berterusan hingga datangnya hari Qiyamat. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اَلْجِهَادُ مَاضٍ فِى اُمَّتِى إِلَى قِيَامِ السَّاعَةِ.
“Jihad akan berkekalan atas ummatku sehingga datangnya hari Qiyamat.”
Hadits diatas serupa dengan hadits berikut,
لَنْ يَبْرَحَ هَذَا الدِّينُ قَائِمًا يُقَاتِلُ عَلَيْهِ عِصَابَةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ.
“Agama ini akan sentiasa tegak, akan berperang atasnya segolongan kaum Muslimin sehingga datangnya hari Qiyamat.” (HR. Muslim)
Lalu
bagaimana kenyataan kehidupan umat Islam hari ini yang belum
mengamalkan al-Jihad sebagai puncak ketinggian Islam? Ya… Umat Islam
tidak dapat mengamalkan syari’at Islam yang paling tinggi, mulia dan
paling adil. Ummat Islam tidak dapat merasakan keindahan dan keadilan
Islam, ketinggian dan kemuliaannya secara total dan menyeluruh. Karena
sesungguhnya keindahan, keadilan, ketinggian dan kemuliaan Islam
terletak di dalam aqidah, akhlaq dan syari’atnya. Ketiga-tiganya
merupakan satu ikatan, memisahkan salah-satunya bermakna tidak
mengamalkannya secara benar dan seksama, dan akhirnya Islam kelihatan
tidak indah, adil dan sempurna. Bukankah umat Islam sudah mengamalkan
sholat, puasa, zakat dan haji?
Bukankah umat Islam telah memiliki
sekolah-sekolah, madrasah, universitas, dan lembaga-lembaga pendidikan
yang sangat banyak bertebaran di muka bumi? Bukankah umat Islam telah
terlibat dalam sistem politik bersama-sama dengan orang-orang yang
berpolitik di seluruh dunia? Bukankah umat Islam telah mampu meraih
jawatan-jawatan tinggi negara di sebagian negara-negara di dunia sebagai
Raja, Presiden, Perdana Menteri dan menteri-menteri di dalam
pemerintahan? Tetapi mengapakah umat Islam masih dihina, ditindas,
dianiaya (dizalimi), dibunuh, ditangkap, dipenjarakan, disiksa,
dibantai, dibunuh dimana-mana, bahkan hendak dijadikan minoritas dalam
jumlahnya yang mayoritas?
Suara umat Islam melaung-laung di seluruh dunia,
“Bebaskan umat Islam Palestina dari keganasan Yahudi”, “Bebaskan umat
Islam dari serangan Zionis dan orientalis Nasrani dan Kristian”,
“Hentikan pembantaian dan penangkapan pemuda-pemuda Islam yang
berjihad!”, “Tangkap para pengganas, hancurkan Amerika dan Israil!”
Adakah Yahudi dan Nasrani dan penguasa zalim pro-Yahudi dan Nasrani
berhenti dari kezaliman dan kekejamannya hanya dengan suara-suara dan
demonstrasi di jalan raya? Akankah laungan-laungan tersebut membuat
mereka terperangah dan menyadari tindakan-tindakan anarkis yang mereka
ciptakan? Oooh…! Mereka tidak akan berhenti, mereka tidak akan
perdulikan suara laungan dan demonstrasi, mereka tidak takut dengan
konggres, muktamar, simposium dan segenap pertemuan yang acapkali
diselenggarakan umat muslim. Sadarilah wahai saudaraku, bahwa yang
mereka takuti hanya satu: itulah al-Jihad fie sabilillah.
Oleh
sebab itulah para penjajah dan orientalis Yahudi dan Nasrani dari sejak
dahulu hingga sekarang dan sehingga akhir nanti menjadikan isu Jihad
sebagai isu keganasan dan kejahatan, dan memperalat pemimpin-pemimpin
umat Islam yang pro mereka di seluruh negara yang majoriti penduduknya
Islam supaya menyambut seruannya tersebut, untuk bersama-sama dengan
mereka memerangi dan menangkap umat Islam yang melaungkan dan
menghidup-suburkan semangat Jihad fie sabilillah di mana saja mereka
berada.
Dan pada waktu yang sama sebahagian besar umat Islam
termasuk pemimpin-pemimpinya belum sepakat bahwa Jihad adalah puncak
ketinggian Islam, benteng kekuatan yang akan menghalangi dan melindungi
Islam dan umatnya dari serangan musuh, baik dari dalam maupun dari luar.
Umat Islam belum sepakat bahwa sebuah rumah dan segala
perabot-perabotnya yang ada di dalamnya akan selamat dan terjaga dengan
baik apabila rumah tersebut tertutup rapat dengan atap yang baik dan
kuat.
Andainya mereka sudah bersepakat bahwa al-Jihad adalah
puncak ketinggian Islam sebagaimana yang telah dipraktikkan dan
diajarkan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan
ummat Islam telah meyakini perkara tersebut dengan seyakin-yakinnya,
maka pada saat itulah kenyataan ummat Islam akan berubah, mereka akan
bangun dan bangkit dari tidurnya, lalu berjalan di seluruh pelosok bumi
yang telah diangkat Islam daripadanya, kemudaian mereka akan menanam
benih yang unggul pada setiap jengkal tanah yang subur yang disirami air
yang segar dan kaya dengan unsur-unsur hara tanaman. Di saat itulah
kelak permukaan bumi ini akan hijau menyubur dengan seruan jihad dan
kerinduan sebagai syuhada’, insya Allah. Maka kebangkitan dan kehadiran al-Mujahidin dan al-Mujahidah menjadi harapan dan kerinduan yang tiada pernah berakhir.
Memang
musuh-musuh Islam yang bertujuan jahat telah menuduh Islam sebagai
agama yang bertentangan. Mereka mendakwa bahwa Islam memaksa dengan mata
pedang dan dalam waktu yang sama Islam menetapkan dasar: “Tidak ada
paksaan di dalam agama”. Sebahagian musuh-musuh Islam yang lain
berpura-pura mempertahankan Islam dengan menolak tuduhan itu, sedangkan
tujuan mereka yang sebenarnya ialah mereka berusaha secara jahat untuk
meredamkan semangat Jihad di dalam hati orang Islam.
Mereka
memperkecil-kecilkan amal Jihad ini di dalam sejarah Islam dan di dalam
kebangkitan dan perkembangannya. Mereka menyarankan secara tidak jujur,
halus dan lihai kepada kaum Muslimin bahwa mereka tidak perlu lagi
menggunakan dan meneruskan amalan Jihad ini di masa yang akan datang,
sebab tidak sesuai dan sejalan dengan perkembangan politik, sosial dan
budaya abad modern.
Kedua-dua golongan itu adalah golongan
orientalis yang bekerja dalam satu bidang untuk memerangi Islam,
mengacaukan sistemnya dan membunuh sasaran-sasarannya yang menarik dalam
hati kaum Muslimin supaya mereka terselamat dari kebangkitan semangat
Jihad ini yang mereka tak pernah sekalipun dapat menahannya di
mana-mana.
Mereka kini telah merasa aman dan tenteram sejak
mereka dapat melumpuhkan semangat Jihad itu dengan berbagai-bagai cara,
mereka telah melakukan serangan-serangan ganas terhadap semangat Jihad
di mana-mana tempat di seluruh pelosok bumi. Mereka telah mencampakkan
ke dalam hati ummat Islam bahwa peperangan di antara penjajah dengan
negeri mereka bukanlah sekali-kali peperangan agama yang memerlukan
Jihad, malahan peperangan itu ialah peperangan ekonomi, sumber daya dan
bahan-bahan mentah serta strategi-strategi ketenteraman, oleh sebab itu
tidak memerlukan Jihad.
Perihal Islam telah menghunus pedang,
berjuang dan berjihad sepanjang sejarahnya adalah bukan untuk memaksa
seseorang memeluk Islam, tetapi untuk memelihara dan menjamin segala
perkara yang menjadi matlamat-matlamat Jihad itu sendiri yang kesemuanya
memerlukan Jihad. Diantara tujuan-tujuan jihad dengan qital adalah
untuk menyaring orang-orang mukmin yang benar dari orang-orang mukmin
yang palsu.
Sesungguhnya Jihad adalah amalan yang paling berat dan paling sukar di hadapan jiwa, perasaan dan hawa nafsu manusia. Dalam Bashaairun Nashr hal. 84, berkata asy-Syahid Dr. Abdullah ‘Azzam:
“Sesungguhnya
Jihad fie sabilillah adalah seberat-berat urusan yang dihadapi oleh
manusia dan merupakan urusan yang paling sukar. Tidak akan mampu
memikulnya kecuali hanya segelintir manusia. Oleh itu sesungguhnya Allah
telah menyediakan balasan yang pasti diterima karena kesungguhan dan
kepayahannya.”
Dan berkata al-Ustadz Sa’id Hawa: “Sesungguhnya
Jihad ini tidak akan dapat tegak dan terlaksana dengan segala
tuntutannya, dan tidak akan mampu serta kuat berjalan di atas jalan
Jihad kecuali oleh orang-oarang yang tidak memperdulikan celaan-celaan
orang-orang yang mencela di dalam Dzat Allah, karena Allah dan di jalan
Allah. Demikian juga Jihad yang ikhlas itu tidak akan terwujud dan
terbukti di hadapan manusia melainkan dia dapat membebaskan diri
(terselamat) dari ujian hidup dunia, dan dia memiliki ilmu (yang
memadai).” (Kitab Jundullah Tsaqofatan wa Akhlaaqon)
Karena
sukar dan beratnya perjalanan Jihad ini, maka tidak banyaklah manusia
yang berminat di dalamnya dan ikut serta bergabung dengannya, meskipun
ia menjanjikan ganjaran yang sangat besar dan balasan syurga. Al-Jihad
merupakan barometer iman (alat pengukur iman), untuk menentukan shahih
dan dhaifnya, tulen dan palsunya, ikhlas dan pura-puranya sehingga dapat
diketahui dengan jelas dan terang siapa mukmin sejati dan siapa munafiq
yang berpura-pura.
Allah Ta’ala berfirman:
أَمْ
حَسِبْتُمْ أَن تُتْرَكُوا وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا
مِنكُمْ وَلَمْ يَتَّخِذُوا مِن دُونِ اللَّهِ وَلَا رَسُولِهِ وَلَا
الْمُؤْمِنِينَ وَلِيجَةً ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai
kaum mukmin, apakah kalian menyangka bahwa kalian dibiarkan begitu saja
berkata bahwa kalian beriman? Padahal Allah belum memperlihatkan kepada
kalian, siapa di antara kalian yang benar-benar telah berjihad, tidak
menjadikan selain Allah sebagai sesembahannya, serta tidak menjadikan
selain Rasul-Nya dan orang-orang mukmin sebagai teman kesayangan. Allah
Maha Mengetahui perbuatan yang kalian lakukan.” (QS. at-Taubah; 9: 16)
Ayat
ini memberi pengarahan tentang sunnah Allah sejak dahulu kepada
orang-orang mukmin bahwa seseorang tidak layak masuk dan bertempat
tinggal di dalam syurga melainkan setelah lulus, sukses dan berjaya
menghadapi segala ujian dan halangan dalam membela dan mempertahankan
aqidahnya dari penindasan dan kekejaman musuhnya dari golongan musyrikin
dan kafirin.
Untuk balasan syurga inilah mereka mesti bersedia
memikul penderitaan, kesukaran, kesempitan, kesengsaraan dan kemelaratan
serta kesakitan serta kehilangan jiwa. Sehingga apabila mereka sudah
mantap dan tidak goncang aqidahnya tatkala datang berbagai ujian dan
rintangan serta tidak merasa hina dan putus asa di bawah tekanan dan
ancaman bala-bencana, maka layaklah mereka mendapat pertolongan Allah,
dan bilakah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah senantiasa bahwa
sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat!
Pertolongan antara
ujian dan kesabaran menghadapinya akan memberikan kekuatan pada jiwa,
akan mengangkat derajatnya serta akan membebaskannya dari segala
penderitaan, dan menenteramkannya dari segala kesusahan dan kesedihan.
Setelah orang-orang mukmin berjihad dan bersabar menghadapi segala
rintangan dan tekanan-tekanan dahsyat dalam perjalanan Jihadnya, dan dia
berjaya mengatasinya dengan baik tanpa merasa hina dan putus-asa, di
saat itulah Allah menetapkannya sebagai seorang mujahid yang sabar yang
melayakkannya sebagai pewaris syurga penuh kenikmatan.
Allah Ta’ala berfirman:
أَحَسِبَ
النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ
(2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ
الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3)
“Apakah
manusia menyangka bahwa mereka dibiarkan berkata: “Kami beriman”, tanpa
diberi cobaan sedikit pun? Sungguh orang-orang mukmin dahulu telah Kami
beri berbagai cobaan. Dengan cobaan-cobaan itu Allah tampakkan siapa
yang benar-benar beriman dan siapa yang palsu imannya.” (QS. al-Ankabut, 29: 2-3)
Ayat
ini menerangkan bahwa Allah menguji orang mukmin dengan berbagai cobaan
dan ujian supaya diketahui dengan nyata melalui ujian-ujian tersebut
siapakah yang benar-benar layak disebut mujahid yang sabar untuk
diberikan ganjaran yang sesuai dengan janji Allah atau agar diketahui
siapa yang berpura-pura berjihad. Setelah diuji sedikit sahaja kelihatan
segala kejahatan dan keburukan hati dan perangainya.
Dengan
Jihadlah Allah menampakkan mukmin yang sebenar-benarnya dan munafiq yang
dusta dan khianat, akan kelihatan mukmin yang pemberani dan mukmin yang
pengecut, akan kelihatanlah mukmin yang memiliki kemampuan-kemampuan
dan potensi yang besar dan hebat, dan akhirnya Jihad itu akan
membuktikan jati diri seseorang mukmin yang setulen-tulennya.
Apabila
tegak Jihad, maka bermunculanlah segala kebaikan dan keberkahan hidup.
Dengannya Allah akan menjadikan di antara orang-orang mukmin itu sebagai
syuhada’ yang berbahagia dalam berbagai kenikmatan syurga dan
menjadikan orang-orang kafir binasa dan celaka. Dengannya pula Allah
akan mengobati dan menyembuhkan sakit hati orang-orang mukmin atas
perlakuan jahat orang-orang kafir yang membantai dan menyiksa
orang-orang beriman yang lemah dari kalangan anak-anak, wanita-wanita
dan lelaki yang tidak berdaya (lanjut usia). Tanpa semua itu orang-orang
beriman akan senantiasa berada dalam ketakutan, kesedihan, penderitaan
dan malapetaka.
Demikian Allah Ta’ala mensyaratkan Jihad itu mestilah di jalan-Nya (sabilullah) dan tidak boleh sama-sekali di jalan selain-Nya. Kalimat “fie sabilillah” inilah
yang membedakan antara perjuangan di jalan yang haq (di jalan Allah)
dengan perjuangan di jalan yang sesat (di jalan syaitan) yang didorong
atas faham kebangsaan, etnis dan ketamakan hawa-nafsu yang buas.
Allah Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ
آمَنُوا يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ۖ وَالَّذِينَ كَفَرُوا
يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ الطَّاغُوتِ فَقَاتِلُوا أَوْلِيَاءَ
الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا
“Orang-orang
beriman berperang untuk membela Islam, sedangkan orang-orang kafir
berperang di jalan setan. Wahai kaum mukmin, perangilah para pengikut
setan. Sungguh sejak dahulu, siasat setan itu sangat lemah.” (QS. an-Nisa’, 4: 76)
Maksud
orang-orang yang beriman berjihad/berperang di jalan Allah ialah
berjuang untuk merealisasikan sistem hidup-Nya, syari’at-Nya dan
mendirikan “KEADILAN” di antara manusia dengan nama Allah, bukannya di
bawah nama-nama yang lain, sebagai pengakuan (pengiktirafan) bahwasannya
hanya Allah saja Tuhan yang disembah dan Tuhan yang memerintah.
Sementara orang-orang kafir, mereka berperang karena kepentingan thaghut
untuk merealisasikan berbagai sistem yang lain dari nilai-nilai yang
diizinkan oleh Allah dan meletakkan berbagai-bagai neraca ukuran yang
lain dari neraca-neraca Allah.
Dari itu Allah memerintahkan supaya berjihad memerangi hizbussyaitan dengan
tanpa ada perasaan khawatir dan bimbang kepada tipu-daya mereka yang
pada hakikatnya segenap tipu-daya tersebut adalah lemah.
Demikianlah
prinsip kaum Muslimin, mereka berpijak di atas bumi yang pejal dan
bersandar pada tiang yang kukuh, sedangkan hati nurani mereka yakin
bahwa mereka berjuang karena Allah semata-mata,bukan karena berharap
mendapatkan suatu keuntungan untuk diri dan kaum keluarganya atau untuk
bangsanya, bahkan perjuangan mereka semata-mata untuk Allah Yang Maha
Esa, untuk sistem hidup-Nya dan untuk syari’at-Nya, agar sistem hidup
dan syari’at-Nya tersebut menjadi pondasi untuk segala sistem dan
undang-undang manusia yang zalim yang menjadikannya rendah dan hina di
bawah keadilan hukum dan syari’at-Nya.
Mudah-mudahan kita
berkemampuan menjadi mujahid-mujahid penegak syari’at-Nya yang
senantiasa memiliki keikhlasan dalam setiap amalan sholih kita, wallahul musta’an. Demikian semoga bermanfaat.
Wallahu’alam bish shawab…
Bercermin dengan penjelasan di atas, kami dari FJI Solo merasa terpanggil untuk ikut serta dalam iqomatuddin dan jihad fi sabilillah baik dengan harta maupun nyawa untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT, karena kami pun sadar bahwa kampung akhirat jauh lebih baik dari kampung dunia seperti yang terumuat dalam QS Al An'am ayat 32. Pendaftaran anggota baru tahap II Front Jihad Islam Solo raya dibuk mulai tanggal 8 Februari - 25
April 2014 langsung ke Masjid Al Wustho Mangkunegaran, Banjarsari, Kota Solo .
Contact Person:
081267642168 (Abu Sulaiman)
085741198344 (Ust. Haris)